Sabtu, 23 Juni 2012

MAPALA ,Masyarakat dan Pertanahan

Kemarin dulu saya berjalan-jalan menyusuri kota kelahiran Pacitan yang terletak di pesisir pantai selatan ujung barat jawa timur. Iseng saja ingin jalan-jalan tak jelas sambil mencari suasana baru dan berkenalan dengan orang-orang baru.Tersebutlah sebuah pantai yang letaknya cukup terpencil menjadi tujuan saya kali ini. Pantai Buyutan namanya. Disini saya tidak akan membahas tentang catatan perjalanannya, tapi lebih pada kenyataan bahwa ada sekelompok masyarakat yang sedang bertahan hidup di sebuah desa yang terpencil.

Saat saya memasuki desa dimana letak pantai itu berada, ternyata sebagian besar penduduknya adalah petani. Bisa dibayangkan bagaimana sekelompok masyarakat pesisir yang bertani di kawasan karst atau batauan kapur,tentu memerlukan perjuangan yang sangat berat. Namun keadaannya tidak begitu.,di dekat pantai yang sangat indah itu terhampar sawah mereka yang begitu hijau. Saya heran betapa kerasnya niat penduduk untuk menciptakan pertanian seperti ini. Yang saya takutkan,bagaimana sistem ini akan hancur jika sudah masuk industrialisasi pariwisata. Lahan pertanian itu akan berubah menjadi bungalow,hotel,restoran. Apakah itu menguntungkan masyarakat ? Belum tentu,karena kebanyakan sebuah sistem industri justru akan manggusur masyarakat asli dan mendatang SDM yang lebih profesional dari luar.

Lihat, Hal seperti ini,pemikiran seperti ini tidak akan pernah saya dapatkan jika saya tidak "iseng" jalan-jalan karena kecintaan pada indahnya alam. Kenyataan itu tidak akan terlihat jika saya hanya berkutat dengan modul kuliah,mendengar teori,dan berdebat tak berujung pangkal. Permasalahan itu ada di lapangan, tidak di kampus. Mereka yang mengeluh karena kehilangan lahan, mereka yang mengeluh karena sertipikatnya tak jadi jadi setelah menunggu hampir bertahun-tahun tanpa kejelasan,mereka yang takut mengurus sertipikat karena tak tau caranya, mereka yang ditipu para tengkulak mereka yang berjuang bertahan hidup dengan menjadi petani. Mereka semua masyarakat kita dan mereka ada di lapangan.

Benar apa yang dikatakan seorang dosen, " kita orang BPN harus sering jalan-jalan". Walaupun disampaikan dengan nada berseloroh akan tetapi pernyataan itu benar adanya. Senada dengan ungkapan Sir Henry Dunant " sebuah negara tak akan kehabisan pemimpin jika pemuda nya masih ada yang senang naik gunung dan melakukan kegiatan alam lainnya". Mapala adalah suatu wadah yang tepat untuk menampung sebuah konsep tersebut. Sambil menikmati alam kita memakai kacamata intelektual kita untuk melihat masyarakat secara nyata lengkap dengan permasalahannya. Setelah itu memikirkan solusi untuk mengatasinya. Sambil menikmati alam kita membersihkan hati dari niatan jahat dan segala bentuk keangkuhan serta menegaskan kembali bahwa kita adalah seorang pelayan yang membantu masyarakat. Dengan mencintai alam kita memguatkan raga untuk menjadi pekerja lapang yang tangguh,mandiri dan cekatan.

Jadi sungguh sayang jika Mapala di Kampus tercinta ini tak punya dukungan bahkan dari pihak yang katanya ingin mencetak insan pertanahan yang handal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar